Skip to main content

Agenda Sebelum Mudik

Semakin mendekati jadwal mudik, kami memutuskan untuk membeli beberapa last minute gift untuk kerabat di kampung halaman. Selagi suami libur kami memutuskan untuk pergi ke pusat perbelanjaan terdekat. Di sana, kakak meminta untuk bermain permainan arcade, namun kami mengingatkan bahwa tujuan kami ke sini adalah untuk membeli oleh-oleh. Kakak menurut dan mengikuti saja kegiatan belanja kami.

Menjelang berbuka, kami membeli makanan untuk takjil dan berbuka. Sembari menunggu pesanan untuk berbuka, kakak dan adik (saya temankan) naik kereta api sedangkan ayah menunggu panggilan untuk pesanan kami. Selesai bermain, kami ikut duduk bersama ayah sambil memakan takjil kami. Sepertinya semua orang melakukan hal yang sama dengan kami, menikmati takjil sebelum melanjutkan aktivitasnya yang lain. Namun, satu hal yang membuat saya prihatin adalah banyak di antara pengunjung yang menikmati takjil tidak langsung membuang kemasan bekas takjil mereka. Mereka tanpa beban meninggalkan sampah mereka di tempat duduk umum yang mereka tempati. Padahal tempat sampah hanya berjarak sekitar 2 meter dari tempat tersebut dan mereka beranjak dari duduk menuju arah yang sama dengan tempat sampah tersebut.

Saya berpikir apa yang ada dalam benak mereka, bahwa makanan atau minuman yang mereka konsumsi sendiri tetapi meninggalkan sampahnya untuk orang lain. Hal ini memancing diskusi kami.

Kakak bertanya, "Ini punya siapa, Bun?'
"Punya orang-orang yang tadi duduk di sini, Kak."
"Kok sampahnya nggak dibuang di tempat sampah, ya, Bun?"
"Iya, ya. Kira-kira kalau nggak dibuang gini jadi gimana, ya , Kak?"
"Isssh, kotorlah, Bun."

Sampah-sampah tersebut ditinggal begitu saja oleh pemiliknya di bangku umum


Lalu pesanan kami sudah siap dan kami hendak beranjak dari tempat tersebut. Kami akan membuang beberapa sampah tersebut tapi ternyata kondisi tempat sampah yang terdekat sudah penuh, jadi kami memutuskan untuk membuang sampah kami sendiri.

Bagaimana kita bisa menjadi negara maju, kalau masyarakatnya masih banyak yang begini? Sampah seharusnya menjadi tanggung jawab bersama, tetapi sepertinya minim sekali kesadaran masyarakat umum mengenai hal tersebut. Untuk pihak pengelola mungkin bisa menambah tempat sampah umum dan lebih sering mengosongkannya agar pengunjung lebih mudah untuk membuang sampah. Tetapi mungkin juga karena banyaknya pengunjung hingga petugas pun kewalahan untuk segera mengosongkan tempat sampahnya.

Semoga semakin banyak masyarakat yang sadar dan peduli akan sampah, sehingga pencemaran semakin dapat dikendalikan.

#level1
#day10
#tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunsayIIP


Comments

Popular posts from this blog

Menghilangkan Kerak Kloset

Moms, pernah nggak merasa jengkel karena kerak di closet tidak bisa hilang padahal kita sudah mencoba berbagai macam produk pembersih? Bahkan karbol paling kuat sekalipun? Itulah yang saya alami beberapa bulan terakhir. Karena sering pergi, tidak sempat membersihkan kamar mandi secara teratur, hanya dibersihkan sekenanya,  kerak-kerak membandel mulai mendiami closet dan lantai kamar mandi kami. Berbagai macam produk telah saya gunakan hasilnya kurang memuaskan. Dari berbagi cerita dengan ART di rumah kakak saya, Mbak Jum namanya,  saya mendapat informasi bahwa ada cairan khusus pembersih kerak yang membuat closet tampak seperti baru. Hanya dijual di toko bangunan dengan kisaran harga 100 ribu. Tapi untuk satu kloset saja. Wow, fantastis yaaa. Meski lebih murah daripada ganti kloset baru, tapi untuk emak-emak macam saya rasanya lebih puas kalau 100 ribunya dipakai beli pizza sama anak-anak. Hehehe 😁😁😁. Nah, Mbak Jum ini ternyata kreatif dan inovatif. Hihihi😬😬😬. Dari p...

Bongkar Muatan

Lelah berkelana sampai juga di sini. Saatnya membuka hasil "buruan" ilmu. Sudah dapat apa aja, Mak? Diriku dapat banyak, deh! Coba, coba tak gelar dulu, yaa! Dari peta itu, baru berhasil makan tips dan trik pekerjaan rumah tangga, membuat kandang waktu, dan skala prioritas. Bergabung dengan Keluarga Cemara ilmu yang paling berkesan adalah tips setrika karena merupakan rutinitas yang memiliki tantangan terbesar bagi saya. Ditambah beberapa potluck yang hasil "buruan" sekarang setrika menjadi aktivitas yang bisa dan suka saya kerjakan. Masya Alloh, tabarokalloh 😍. Kegiatan menyapu dan mengepel pun sekarang jauh lebih mudah dengan potluck yang saya dapatkan. Menyapu sambil mengepel merupakan temuan epic saya. Setelah dipraktikkan sangat membantu dan menghemat waktu dan tenaga. Keluarga Uluwatu menyediakan segudang ilmu baru tentang manajemen waktu bagi saya. Lalu saya masuk ke kamar kandang waktu dan prioritas. Di sini saya belajar banyak sekali bahwa ternyat...

Kardus Sepatu Buruk Rupa Menjadi Berharga

Ada beberapa tipe orang saat membeli sepatu berdasarkan penggunaan kemasannya. Hihihi ini mah perkiraan Emak aja, ya. 😁 Pertama, pembeli sepatu hanya mau sepatunya saja, kardus tidak dibawa dan sepatu langsung masuk kantong belanja atau langsung dipakai.  Kedua, pembeli tetap membawa kardus sepatunya ke rumah. Lalu, tipe ini dibagi lagi, nih. Tipe 2A kardus dibuang ke tong sampah. Tipe 2B kardus ditumpuk buat dirongsokin atau diserahkan ke sedekah rongsok. Tipe 2C kardusnya dimanfaatkan untuk sesuatu.  Nah, masuk ke tipe 2C inilah Emak ABC. Nggak mau rugi bin irit 😂. Kalau lihat kardus itu bawaannya pengen bebikinan. Kali ini Emak bagikan tips memanfaatkan kardus bekas sepatu, yang buruk rupa supaya menawan dan berguna.  Yuk, simak videonya.