Persiapan mudik lebaran, saya memutuskan saatnya merapikan gudang. Rak yang lama sudah reot maka kami membeli rak yang baru. Rak yang kami beli masih belum dirangkai, oleh sebab itu kami meminta bantuan tentangga yang ahli di bidangnya. Si bapak ini mulai membongkar rak lama dan merakit rak yang baru. Ternyata proses ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Butuh lebih dari setengah hari hingga rak yang baru tersusun rapi. Dan sukses membuat rumah berantakan.
Rak yang terususun rapi tidak serta merta rumah langusng beres. Saya masih harus menyusun kembali barang-barang yang berserakan. Proses ini pun membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Saya mulai mengepak barang ke dalam kardus, memastikan setiap pak terisi kapur barus, dan melabeli kardusnya supaya lebih mudah dalam mencarinya nanti.
Selama proses berlangsung kakak dan adik bermain dengan barang-barang gudang. Mereka asik mengacak-acak barang yang menurut mereka bisa dimainkan. Ingin rasanya saya berteriak untuk tidak memainkannya. Saya memberi tahu kakak untuk merapikan kembali (tentunya dengan menghela napas yang panjaaaaang), si kakak menurut tetapi bergantian mengambil barang yang lain. Huft...π.
Setelah ashar rasanya badan saya sangat kelelahan, ingin segera menyelesaikan pekerjaan ini. Namun tiba-tiba si kakak menghampiri saya dan bertanya, "Bunda, aku boleh mainan kecil-kecil nggak?" (rupanya dia telah menyebarkan manik-manik di ruang sebelah). Saya jawab, "Tidak boleh, kan masih belum selesai Bunda beberesnya, Kak. Kalau kakak main kecil-kecil nanti Bunda susah beresinnya." Dia masih belum menyerah. "Nanti aku beresin, kok, Bunda."
Karena saya sedang sibuk membereskan di ruangan lain saya jawab, "Iya, Kak, beresin aja sekarang."
Namun yang diterimanya adalah saya memberikan ijin padanya untuk memaninkan manik-manik tersebut. "Yaaaay! Boleh..," begitu katanya riang. "Bukan, Kak. Beresin sekarang aja." Rupanya kata-kata terakhir saya sudah tidak didengarnya. Dia kembali sibuk bermain sampai sekitar pukul 16.00 si adik yang tadi asik bersama saya mulai tertarik dengan permainan kakaknya dan menuju tempat kakaknya. Di sinilah si kakak mulai panik dan meminta adiknya tetap di tempat. Segera saya minta dia untuk membereskan manik-manik tersebut. Karena sudah terlanjur menyebar, dia kesulitan untuk mengumpulkannya kembali.
Di sini emosi saya mulai tersulut, huhuhu. Kelelahan dan kekurangan cairan tubuh membuat saya lebih mudah marah. Kata-kata yang keluar malah menyudutkan si kakak. hiks..hiks.... Maaf, ya, kakak. "Nah, kan, Bunda bilang tadi nggak boleh main yang kecil-kecil kok malah jadi berantakan begini, bla bla bla...." uugh...latihan komunikasi produktif sore hari ini belum sukses πππ. Padahal sedari pagi sampai siang masih okelah. Kelelahan sangat menguras konsentrasi saya. mungkin seharusnya saya bisa mengatur waktu dan tidak memaksakan diri. Atau melakukan kegiatan ini tidak pada kondisi berpuasa.
Ya, Alloh... Semoga masih ada kesempatan esok hari untuk memperbaiki diri kembali.
#level1
#day8
#tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunsayIIP
Rak yang terususun rapi tidak serta merta rumah langusng beres. Saya masih harus menyusun kembali barang-barang yang berserakan. Proses ini pun membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Saya mulai mengepak barang ke dalam kardus, memastikan setiap pak terisi kapur barus, dan melabeli kardusnya supaya lebih mudah dalam mencarinya nanti.
Selama proses berlangsung kakak dan adik bermain dengan barang-barang gudang. Mereka asik mengacak-acak barang yang menurut mereka bisa dimainkan. Ingin rasanya saya berteriak untuk tidak memainkannya. Saya memberi tahu kakak untuk merapikan kembali (tentunya dengan menghela napas yang panjaaaaang), si kakak menurut tetapi bergantian mengambil barang yang lain. Huft...π.
Setelah ashar rasanya badan saya sangat kelelahan, ingin segera menyelesaikan pekerjaan ini. Namun tiba-tiba si kakak menghampiri saya dan bertanya, "Bunda, aku boleh mainan kecil-kecil nggak?" (rupanya dia telah menyebarkan manik-manik di ruang sebelah). Saya jawab, "Tidak boleh, kan masih belum selesai Bunda beberesnya, Kak. Kalau kakak main kecil-kecil nanti Bunda susah beresinnya." Dia masih belum menyerah. "Nanti aku beresin, kok, Bunda."
Karena saya sedang sibuk membereskan di ruangan lain saya jawab, "Iya, Kak, beresin aja sekarang."
Namun yang diterimanya adalah saya memberikan ijin padanya untuk memaninkan manik-manik tersebut. "Yaaaay! Boleh..," begitu katanya riang. "Bukan, Kak. Beresin sekarang aja." Rupanya kata-kata terakhir saya sudah tidak didengarnya. Dia kembali sibuk bermain sampai sekitar pukul 16.00 si adik yang tadi asik bersama saya mulai tertarik dengan permainan kakaknya dan menuju tempat kakaknya. Di sinilah si kakak mulai panik dan meminta adiknya tetap di tempat. Segera saya minta dia untuk membereskan manik-manik tersebut. Karena sudah terlanjur menyebar, dia kesulitan untuk mengumpulkannya kembali.
Di sini emosi saya mulai tersulut, huhuhu. Kelelahan dan kekurangan cairan tubuh membuat saya lebih mudah marah. Kata-kata yang keluar malah menyudutkan si kakak. hiks..hiks.... Maaf, ya, kakak. "Nah, kan, Bunda bilang tadi nggak boleh main yang kecil-kecil kok malah jadi berantakan begini, bla bla bla...." uugh...latihan komunikasi produktif sore hari ini belum sukses πππ. Padahal sedari pagi sampai siang masih okelah. Kelelahan sangat menguras konsentrasi saya. mungkin seharusnya saya bisa mengatur waktu dan tidak memaksakan diri. Atau melakukan kegiatan ini tidak pada kondisi berpuasa.
Ya, Alloh... Semoga masih ada kesempatan esok hari untuk memperbaiki diri kembali.
Beginilah kalau rumah mini tapi barang berlimpah, barang yang dibuang sayangπππ
#level1
#day8
#tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunsayIIP
Comments
Post a Comment