Skip to main content

Memberi Pilihan Berarti Menambah Kesabaran

Cerita sore kami. Sekitar pukul 16.30 saudara kami berkunjung karena kebetulan lewat membeli takjil di dekat rumah kami. Anak-anak baru bangun tidur siang dan belum mandi. Mengetahui ada tamu yang datang dengan membawa anak kecil, anak-anak langsung terlibat permainan seru. Semua mainan keluar dari rumahnya, ruangan langsung penuh dengan mainan. Kemudian sekitar pukul 17.00 saudara kami pamit pulang.

Saya segera menyiapkan mandi untuk bayi, dan kakak saya minta segera mandi. Ternyata kakak menolak dengan alasan masih ingin bermain dan menonton tv. Beberapa kali saya minta untuk segera mandi masih menolak. Karena sudah mendekati waktu berbuka saya segera memberikan ultimatum kepada kakak.

"Kak, ini sudah mau berbuka. Kalau mandinya nanti pas berbuka kakak belum mandi jadi bukanya terlambat. Mau mandi sekarang apa buka terlambat?"

Kalimat tersebut terlihat sepele namun sangat berat mengucapkannya. Karena membutuhkan menata emosi hingga stabil agar informasi yang diberikan dapat diterima dengan baik oleh anak. Sesuai kaidah komunikasi produktif untuk memberikan pilihan daripada perintah, hal ini mengajak anak untuk berpikir menentukan keputusan terhadap dirinya. Ditambah sempitnya waktu yang terus berjalan, membuat rentang berpikir semakin berkurang. Sedangkan jika berbicara tergesa-gesa akan semakin melabilkan emosi saya. Oleh sebab itu komunikasi produktif juga menuntut kita berbicara secara perlahan agar rentang berpikir dan emosi kita lebih panjang sehingga tujuan informasi tercapai dengan baik.

Dengan perjuangan menata emosi, menarik dan membuang napas, akhirnya kakak menurut untuk segera mandi bersama adik. Setelah mandi saya memintanya untuk segera berpakaian dan merawat diri, namun ternyata selesai adik mandi kakak belum juga mulai berpakaian. Daaan, saya pun harus mengambil dan membuang napas lagi untuk memastikan informasi yang saya berikan diterima dengan baik oleh kakak.

Walaupun masih diselingi dengan emosi, namun saya masih berhasil menata emosi saya kembali pada akhirnya. Dan anak-anak telah rapi begitu adzan maghrib berkumandang. Alhamdulillah....

#level1
#day7
#tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunsayIIP

Comments

Popular posts from this blog

Menghilangkan Kerak Kloset

Moms, pernah nggak merasa jengkel karena kerak di closet tidak bisa hilang padahal kita sudah mencoba berbagai macam produk pembersih? Bahkan karbol paling kuat sekalipun? Itulah yang saya alami beberapa bulan terakhir. Karena sering pergi, tidak sempat membersihkan kamar mandi secara teratur, hanya dibersihkan sekenanya,  kerak-kerak membandel mulai mendiami closet dan lantai kamar mandi kami. Berbagai macam produk telah saya gunakan hasilnya kurang memuaskan. Dari berbagi cerita dengan ART di rumah kakak saya, Mbak Jum namanya,  saya mendapat informasi bahwa ada cairan khusus pembersih kerak yang membuat closet tampak seperti baru. Hanya dijual di toko bangunan dengan kisaran harga 100 ribu. Tapi untuk satu kloset saja. Wow, fantastis yaaa. Meski lebih murah daripada ganti kloset baru, tapi untuk emak-emak macam saya rasanya lebih puas kalau 100 ribunya dipakai beli pizza sama anak-anak. Hehehe 😁😁😁. Nah, Mbak Jum ini ternyata kreatif dan inovatif. Hihihi😬😬😬. Dari p...

Bongkar Muatan

Lelah berkelana sampai juga di sini. Saatnya membuka hasil "buruan" ilmu. Sudah dapat apa aja, Mak? Diriku dapat banyak, deh! Coba, coba tak gelar dulu, yaa! Dari peta itu, baru berhasil makan tips dan trik pekerjaan rumah tangga, membuat kandang waktu, dan skala prioritas. Bergabung dengan Keluarga Cemara ilmu yang paling berkesan adalah tips setrika karena merupakan rutinitas yang memiliki tantangan terbesar bagi saya. Ditambah beberapa potluck yang hasil "buruan" sekarang setrika menjadi aktivitas yang bisa dan suka saya kerjakan. Masya Alloh, tabarokalloh 😍. Kegiatan menyapu dan mengepel pun sekarang jauh lebih mudah dengan potluck yang saya dapatkan. Menyapu sambil mengepel merupakan temuan epic saya. Setelah dipraktikkan sangat membantu dan menghemat waktu dan tenaga. Keluarga Uluwatu menyediakan segudang ilmu baru tentang manajemen waktu bagi saya. Lalu saya masuk ke kamar kandang waktu dan prioritas. Di sini saya belajar banyak sekali bahwa ternyat...

Kardus Sepatu Buruk Rupa Menjadi Berharga

Ada beberapa tipe orang saat membeli sepatu berdasarkan penggunaan kemasannya. Hihihi ini mah perkiraan Emak aja, ya. 😁 Pertama, pembeli sepatu hanya mau sepatunya saja, kardus tidak dibawa dan sepatu langsung masuk kantong belanja atau langsung dipakai.  Kedua, pembeli tetap membawa kardus sepatunya ke rumah. Lalu, tipe ini dibagi lagi, nih. Tipe 2A kardus dibuang ke tong sampah. Tipe 2B kardus ditumpuk buat dirongsokin atau diserahkan ke sedekah rongsok. Tipe 2C kardusnya dimanfaatkan untuk sesuatu.  Nah, masuk ke tipe 2C inilah Emak ABC. Nggak mau rugi bin irit 😂. Kalau lihat kardus itu bawaannya pengen bebikinan. Kali ini Emak bagikan tips memanfaatkan kardus bekas sepatu, yang buruk rupa supaya menawan dan berguna.  Yuk, simak videonya.