Skip to main content

"Layang-Layang Terbang Tinggi"

Awal latihan makan sendiri, saya menetapkan standar yang teralu tinggi pada Cia. Saya berharap Cia langsung koopertif bisa makan sendiri karena Cia sudah pernah makan sendiri sebelumnya. Namun ternyata saya luput menimbang kondisi psikologisnya.

Ayah saya yang senantiasa mengingatkan untuk tidak menetapkan standar yang terlalu tinggi, melainkan dengan bertahap. Ayah saya selalu menasihati bahwa sebagai orang tua kami harus selalu belajar dan belajar. Beliau mengingatkan bahwa tingkah anak-anak yang selalu meminta perhatian adalah tingkah anak yang cerdas dan peka akan perubahan lingkungannya. Maka kewajiban sebagai orang tua adalah menyiapkan mereka supaya mampu beradaptasi dengan setiap perubahan tersebut.

Nasihat ini seakan menampar saya bahwa seharusnya saya lebih mampu memahami bahasa yang diungkapkan anak-anak. Maka saya mencoba menerapkannya pada proses pembelajaran saya dan anak-anak. Saya berdamai dengan diri saya terlebih dahulu untuk berfokus pada proses alih-alih hasil. Dengan begini saya lebih santai dalam menghadapi anak-anak.

Pada proses memandirikan Cia untuk mampu makan sendiri sementara saya berfokus pada kemauannya untuk mencoba. Hari ini Cia menolak makan sepiring dengan saya dan meminta makan dengan piring sendiri. Cia langsung mulai makan sendiri tanpa merengek, walaupun di tengah perjalanan masih meminta bantuan, tetapi dia mau menghadapi piringnya tanpa lari kesana-kemari. Sebuah prestasi luar biasa menurut saya.

Prestasi ini mengingatkan saya tentang kemahiran adik saya menerbangkan layang-layang. Layang-layangnya mampu terbang tinggi bukan karena terus ditarik dengan kencang benangnya. Bukan pula dengan diulur terus-menerus. Agar layang-layang terbang tinggi dengan mantap dan gagah diperlukan keterampilan menarik dan mengulur benang sesuai dengan arah angin. Saya rasa filosofi ini tepat menggambarkan keinginan saya untuk membekali anak-anak agar mampu terbang sendiri dengan mantap dan gagah suatu hari nanti.

Emak mendapat pencerahan di sederhananya kehidupan kampung.

#level2
#day6
#tantangan10hari
#MelatihKemandirianAnak
#KuliahBunsayIIP

Comments

Popular posts from this blog

Menghilangkan Kerak Kloset

Moms, pernah nggak merasa jengkel karena kerak di closet tidak bisa hilang padahal kita sudah mencoba berbagai macam produk pembersih? Bahkan karbol paling kuat sekalipun? Itulah yang saya alami beberapa bulan terakhir. Karena sering pergi, tidak sempat membersihkan kamar mandi secara teratur, hanya dibersihkan sekenanya,  kerak-kerak membandel mulai mendiami closet dan lantai kamar mandi kami. Berbagai macam produk telah saya gunakan hasilnya kurang memuaskan. Dari berbagi cerita dengan ART di rumah kakak saya, Mbak Jum namanya,  saya mendapat informasi bahwa ada cairan khusus pembersih kerak yang membuat closet tampak seperti baru. Hanya dijual di toko bangunan dengan kisaran harga 100 ribu. Tapi untuk satu kloset saja. Wow, fantastis yaaa. Meski lebih murah daripada ganti kloset baru, tapi untuk emak-emak macam saya rasanya lebih puas kalau 100 ribunya dipakai beli pizza sama anak-anak. Hehehe 😁😁😁. Nah, Mbak Jum ini ternyata kreatif dan inovatif. Hihihi😬😬😬. Dari p...

Bongkar Muatan

Lelah berkelana sampai juga di sini. Saatnya membuka hasil "buruan" ilmu. Sudah dapat apa aja, Mak? Diriku dapat banyak, deh! Coba, coba tak gelar dulu, yaa! Dari peta itu, baru berhasil makan tips dan trik pekerjaan rumah tangga, membuat kandang waktu, dan skala prioritas. Bergabung dengan Keluarga Cemara ilmu yang paling berkesan adalah tips setrika karena merupakan rutinitas yang memiliki tantangan terbesar bagi saya. Ditambah beberapa potluck yang hasil "buruan" sekarang setrika menjadi aktivitas yang bisa dan suka saya kerjakan. Masya Alloh, tabarokalloh 😍. Kegiatan menyapu dan mengepel pun sekarang jauh lebih mudah dengan potluck yang saya dapatkan. Menyapu sambil mengepel merupakan temuan epic saya. Setelah dipraktikkan sangat membantu dan menghemat waktu dan tenaga. Keluarga Uluwatu menyediakan segudang ilmu baru tentang manajemen waktu bagi saya. Lalu saya masuk ke kamar kandang waktu dan prioritas. Di sini saya belajar banyak sekali bahwa ternyat...

Kardus Sepatu Buruk Rupa Menjadi Berharga

Ada beberapa tipe orang saat membeli sepatu berdasarkan penggunaan kemasannya. Hihihi ini mah perkiraan Emak aja, ya. 😁 Pertama, pembeli sepatu hanya mau sepatunya saja, kardus tidak dibawa dan sepatu langsung masuk kantong belanja atau langsung dipakai.  Kedua, pembeli tetap membawa kardus sepatunya ke rumah. Lalu, tipe ini dibagi lagi, nih. Tipe 2A kardus dibuang ke tong sampah. Tipe 2B kardus ditumpuk buat dirongsokin atau diserahkan ke sedekah rongsok. Tipe 2C kardusnya dimanfaatkan untuk sesuatu.  Nah, masuk ke tipe 2C inilah Emak ABC. Nggak mau rugi bin irit 😂. Kalau lihat kardus itu bawaannya pengen bebikinan. Kali ini Emak bagikan tips memanfaatkan kardus bekas sepatu, yang buruk rupa supaya menawan dan berguna.  Yuk, simak videonya.