Beberapa hari terakhir Cia senang sekali beli jajan di warung tetangga. Yang dibeli selalu saja cokelat stik yang berhadiah stiker tato. Padahal sebenarnya Cia tidak begitu suka dengan cokelat, tapi karena sudah mendapat wejangan dari emaknya yang timbangannya semakin mengkhawatirkan karena harus selalu menghabiskan jajanan yang tak habis dimakannya, Cia mau bertanggung jawab menghabiskan cokelat yang dibelinya.
Belum habis setiap makan jajannya Cia sudah menyiapkan air dalam gelas, selembar tisu, dan buku bergambar pony miliknya. Hal ini dilakukannya lagi-lagi dari wejangan emak yang melarang menempelkan stiker di tangan atau di dinding. Setiap mempunyai stiker Cia yang senang mengupas dan menempel stiker ini selalu mencari buku sebagai media pemasangannya.
Awalnya saya agak ragu akankah hasil tempelannya berhasil dengan sempurna, tapi membiarkannya "beraksi" rasanya lebih tepat. Cia sibuk menyiapkan buku menempelkan stikernya, membasahi sedikit tisunya, lalu mengoleskannya di permukaan kertas stikernya. Sambil menghabiskan cokelatnya Cia mengipasi stikernya. Setelah menunggu beberapa saat taraaaa Cia berhasil menempelkan tato ke bukunya dengan sempurna.
Tak cukup sampai di situ, Cia menggunting halaman buku yang bertato lalu menempelkannya di dinding kamar. Oh, akhirnya nempel juga hasil karyanya. Awalnya dia menggunakan double tape, lalu saya minta mengganti dengan selotip biasa supaya mudah untuk dibersihkan. Awalnya Cia menolak dengan alasan kurang lengket sehingga kertasnya mudah jatuh, lalu setelah saya beri contoh cara menggunakan selotip akhirnya jadilah pameran hasil karyanya.
Terkadang perasaan ingin membantu untuk sebuah pekerjaan supaya mendapatkan hasil sempurna itu menguasai saya. Ketika perasaan itu muncul, saya harus segera menampar diri ini untuk mengingat bahwa dari kegagalan anak belajar, dari proses jatuh anak mampu bangkit kembali, dan untuk menuju kesempurnaan anak perlu melewati ketidaksempurnaan. Memberikan anak kesempatan untuk bereksplorasi akan menumbuhkan jiwa yang kaya dan kreatif pada diri anak-anak.
#Tantangan10Hari
#Level9
#KuliahBunsayIIP
#ThinkCreative
Belum habis setiap makan jajannya Cia sudah menyiapkan air dalam gelas, selembar tisu, dan buku bergambar pony miliknya. Hal ini dilakukannya lagi-lagi dari wejangan emak yang melarang menempelkan stiker di tangan atau di dinding. Setiap mempunyai stiker Cia yang senang mengupas dan menempel stiker ini selalu mencari buku sebagai media pemasangannya.
Awalnya saya agak ragu akankah hasil tempelannya berhasil dengan sempurna, tapi membiarkannya "beraksi" rasanya lebih tepat. Cia sibuk menyiapkan buku menempelkan stikernya, membasahi sedikit tisunya, lalu mengoleskannya di permukaan kertas stikernya. Sambil menghabiskan cokelatnya Cia mengipasi stikernya. Setelah menunggu beberapa saat taraaaa Cia berhasil menempelkan tato ke bukunya dengan sempurna.
Tak cukup sampai di situ, Cia menggunting halaman buku yang bertato lalu menempelkannya di dinding kamar. Oh, akhirnya nempel juga hasil karyanya. Awalnya dia menggunakan double tape, lalu saya minta mengganti dengan selotip biasa supaya mudah untuk dibersihkan. Awalnya Cia menolak dengan alasan kurang lengket sehingga kertasnya mudah jatuh, lalu setelah saya beri contoh cara menggunakan selotip akhirnya jadilah pameran hasil karyanya.
Terkadang perasaan ingin membantu untuk sebuah pekerjaan supaya mendapatkan hasil sempurna itu menguasai saya. Ketika perasaan itu muncul, saya harus segera menampar diri ini untuk mengingat bahwa dari kegagalan anak belajar, dari proses jatuh anak mampu bangkit kembali, dan untuk menuju kesempurnaan anak perlu melewati ketidaksempurnaan. Memberikan anak kesempatan untuk bereksplorasi akan menumbuhkan jiwa yang kaya dan kreatif pada diri anak-anak.
#Tantangan10Hari
#Level9
#KuliahBunsayIIP
#ThinkCreative
Comments
Post a Comment