Berdasarkan pengalaman menjalankan tantangan selama 30 hari tahap lalu, rasanya masih banyak kekurangan yang mesti diperbaiki lagi. Bahkan untuk konsisten menulis daftar kegiatan saja membutuhkan tekad sekuat baja. Saya, masih lembek dan bolong-bolong 🙈.
Komitmen dan konsistensi (ceu kokom) perlu diasah dan ditempa lagi pada diri ini. Sering sekali keinginan leyeh-leyeh lebih besar daripada ceu kokom, mengalah pada penundaan pekerjaan menimbulkan penumpukan yang berujung pada kemalasan, lalu kembali pada tumpukan yang semakin menggunung dan terjadilah lingkaran menyesatkan tanpa akhir.
Kemampuan untuk nrimo akan keadaan juga menjadi kunci sukses pelaksanaan kandang waktu ternyata. Selama ini saya tidak bisa memberlakukan cut off time secara baik dengan dalih pekerjaan yang tinghti sedikit, tanggung, dan kurang bisa menerima kondisi pekerjaan yang belum tuntas, membuat pekerjaan berasa tidak ada habisnya.
Beruntung sekali bertemu dengan mentor yang pengertian. Kebetulan sekali Mbak Muja, mentor saya memiliki tipe yang sama dengan saya. Suka kerapihan, suka lupa waktu kalau beberes, tidak bisa melihat pekerjaan yang tidak tuntas, daaaan sedang mengasuh dan membersamai tiga orang anak yang salah satunya bayi yang hampir sama usianya dengan anak saya. Masya Alloh, bahagianya saya. Ternyata saya tidak sendiri. Menurut pengalaman yang beliau ceritakan pada saat kencan pertama kami via video call, beliau belajar menerima keadaan bahwa tidak semua pekerjaan bisa tuntas. Apalagi dengan dukungan suami yang easy going, seharusnya membuat saya mampu menurunkan standar kerapihan sedikit. Itulah salah satu faktor yang menguatkan beliau untuk mematuhi cut off time yang telah disepakati. Ini pelajaran berharga buay saya.
Meski obrolan kami hanya sebentar, rasanya saya mendapatkan semangat baru untuk kembali mengobarkan komitmen dan konsistensi dalam melaksanakan kandang waktu dan cut off time saya.
Pengalaman bervideo call dengan orang yang baru dikenal berasa nano-nano. Hahaha. Ada deg-degan, ada khawatir karena saya tipe pemalu 😁 untuk bervideo, apa yang mau diomongkan nanti. Yang ternyata juga dirasakan oleh mentor saya. Ternyata bervideo call dengan kenalan baru itu seru. Hehehe. Saya yang awalnya underestimate diri sendiri menjadi lebih semangat memperbaiki diri sendiri.
Di sinilah saya membutuhkan mentor saya, untuk membuat saya kembali ke jalan yang benar, kembali fokus pada tujuan awal saya belajar mengelola waktu.
Komitmen dan konsistensi (ceu kokom) perlu diasah dan ditempa lagi pada diri ini. Sering sekali keinginan leyeh-leyeh lebih besar daripada ceu kokom, mengalah pada penundaan pekerjaan menimbulkan penumpukan yang berujung pada kemalasan, lalu kembali pada tumpukan yang semakin menggunung dan terjadilah lingkaran menyesatkan tanpa akhir.
Kemampuan untuk nrimo akan keadaan juga menjadi kunci sukses pelaksanaan kandang waktu ternyata. Selama ini saya tidak bisa memberlakukan cut off time secara baik dengan dalih pekerjaan yang tinghti sedikit, tanggung, dan kurang bisa menerima kondisi pekerjaan yang belum tuntas, membuat pekerjaan berasa tidak ada habisnya.
Beruntung sekali bertemu dengan mentor yang pengertian. Kebetulan sekali Mbak Muja, mentor saya memiliki tipe yang sama dengan saya. Suka kerapihan, suka lupa waktu kalau beberes, tidak bisa melihat pekerjaan yang tidak tuntas, daaaan sedang mengasuh dan membersamai tiga orang anak yang salah satunya bayi yang hampir sama usianya dengan anak saya. Masya Alloh, bahagianya saya. Ternyata saya tidak sendiri. Menurut pengalaman yang beliau ceritakan pada saat kencan pertama kami via video call, beliau belajar menerima keadaan bahwa tidak semua pekerjaan bisa tuntas. Apalagi dengan dukungan suami yang easy going, seharusnya membuat saya mampu menurunkan standar kerapihan sedikit. Itulah salah satu faktor yang menguatkan beliau untuk mematuhi cut off time yang telah disepakati. Ini pelajaran berharga buay saya.
Meski obrolan kami hanya sebentar, rasanya saya mendapatkan semangat baru untuk kembali mengobarkan komitmen dan konsistensi dalam melaksanakan kandang waktu dan cut off time saya.
Pengalaman bervideo call dengan orang yang baru dikenal berasa nano-nano. Hahaha. Ada deg-degan, ada khawatir karena saya tipe pemalu 😁 untuk bervideo, apa yang mau diomongkan nanti. Yang ternyata juga dirasakan oleh mentor saya. Ternyata bervideo call dengan kenalan baru itu seru. Hehehe. Saya yang awalnya underestimate diri sendiri menjadi lebih semangat memperbaiki diri sendiri.
Di sinilah saya membutuhkan mentor saya, untuk membuat saya kembali ke jalan yang benar, kembali fokus pada tujuan awal saya belajar mengelola waktu.
Comments
Post a Comment