Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2017

Tantangan Belajar Berkomunikasi

Mempelajari cara berkomunikasi yang baik membuat saya semakin mampu mengenali diri sendiri. Berbagai macam tantangan dalam melaksankan pembelajaran ini semakin membuka mata saya untuk mengenali lebih dalam setiap anggota keluarga. Semakin saya mengenali diri dan anggota keluarga lain semakin menstabilkan emosi saya. Menjadikan kepala saya awet dingin ketika menghadapi anak-anak, suami dan orang lain. Tantangan terberat saya adalah ketika saya sedang berada dalam tenggat waktu yang tidak banyak. Tenggat waktu yang sedikit tersebut membuat saya terlalu fokus untuk segera menyelesaikan setiap pekerjaan yang ada. Kadang melupakan kecepatan kerja setiap orang berbeda. Saya akan terus berusaha memperbaiki diri.

Menyiapkan Anak Mudik

Mudik kali ini luar biasa bawaannya. Kalau dulu sekoper cukup sekarang butuh tiga koper plus plus. hahaha. Bertambahnya anggota keluarga bertambah pula jumlah barang bawaannya. Anak-anak di persiapkan dari semalam sebelum keberangkatan. Memastikan mereka cukup makan, minum dan istirahat.  Memberi penjelasan tentang perjalanan esok hari, bagaimana teknisnya dan jam keberangkatan sangat diperlukan. Hal ini berhubungan dengan persiapan keberangkatan esok hari. Hari-hari yang biasanya anak-anak mandi jam 8 harus diubaah sesuai jadwal. Si kakak sudah menyepakati hal ini. Semoga esok hari mampu melaksanakan dengan baik.  Saat membuat kesepakatan saya pastikan dia benar-benar memahami. Maka saya lakukan klarifikasi, ketika persepsi kami telah selaras maka si kakak boleh istirahat. Semoga perjalanan nanti lancar, selamat sampai tujuan. #level1 #day16 #tantangan10hari #KomunikasiProduktif #KuliahBunsayIIP

Janji yang Tertunda

Hari ini Cia meminta permen loli. Karena rumah kakak jauh dari toko kelontong kami berencana pergi ke mini market terdekat. Namun karena beberapa hal kami belum jadi berangkat. Mulailah si kakak merajuk. "Aku sama adik udah mandi, Bunda. Ayo berangkat." "Lha, Bunda yang belum mandi, Kak. Lagipula udah panas, nih kalau jalan kaki. Emangnya nanti Kakak nggak haus? Kan, lagi puasa." "Nggak papa, Bun. Aku nggak haus, kok." Ternyata setelah saya mandi kebetulan ART minta ijin keluar, dan si adik masih tertidur. Maka kami menunda kembali rencana kami. "Ayo, Bun. Berangkat." "Lho, mama sama mbak lagi tidur, bibi juga masih keluar nanti nggak ada yang jagain rumahnya." "Ya, dikunci, dong." "Trus kuncinya yang bawa siapa? Kalau kita bawa bibi mau masuk nggak bisa, mama atau mbak juga nggak bisa keluar nanti." "Lha, mama emang mau ke mana?" "Ya, kan kali mau ke depan ke rumah budhe atau apa...

Cia Menahan Lapar dan Haus

Hari selasa kemarin Cia antusias menyambut kedatangan ayahnya pulang kerja. Pasalnya, ayahnya membawakan es krim untuknya. Dia menerimanya dengan berseri-seri. Setelah mengucapkan terima kasih dia meminta dibukakan kemasannya. Melihat ayahnya sedang beristirahat Cia berkomentar. "Ayah, cepet buka sana lho. Minum air dulu terus makan." Melihat ayahnya tidak segera beranjak dia menuju dapur dan kembali dengan segelas air putih. "Waah, terima kasih, ya, kak. Baik banget bawain air ayah," puji ayahnya. "Iyalah. Aku kan anak baik. Anak sholihah." Tapi, esoknya dia dia rewel sekali saat berpuasa. Mengeluh lapar, haus, beralasan sakit. "Katanya anak sholihah. Namanya berpuasa itu memang lapar dan haus. Harus ditahan, Kak. Semua yang berpuasa juga merasa lapar dan haus." Namun penjelasan ini masih belum cukup. Sebenarnya Cia bukan hanya ingin makan minum. Pertama dia kurang kegiatan karena kurangnya "mainan", kedua sepertinya ad...

Menyambut Kerabat dari Tanah Suci

Awal bulan romadhon kakak ipar berangkat menjalankan ibadah umroh. Kami mengantar sampai bandara. Hari Senin beliau tiba kembali di tanah air dengan kondisi sehat wal afiat. Sambil melepas lelah, beliau menceritakan berbagai pengalaman yang telah beliau rasakan selama di tanah suci. Begitu haru ketika mampu mencium Hajar Aswat, mampu mencium Ka'bah, serta mampu sholat di Hijir Ismail. Semua itu tak lepas dari perjuangan, doa dan ridho Alloh terhadap tamunya. Sebelum melaksanakan tawaf kakak dan suami berdoa memohon supaya diberi kelancaran dan kesempatan untuk dapat mendekat ke Ka'bah. Dengan tekad kuat dan doa yang tak putus Alloh mengabulkan doa beliau berdua. Setelah mampu madus Hijir Ismail, berdoa di bawah talang mas dan mencium Hajar Aswat, kakak saya sempat tergencet ke Ka'bah. Dengan banyaknya jumlah jama'ah di sekitar Ka'bah membuat kakak semakin terinjak-injak. Cerita ini membuat jantung dan hati bergetar. Beliau sudah hendak memasrahkan hidupnya, ...

Hari Merajuk Cia

Hari ini Cia sedikit rewel karena saya larang meminjam handphone. Dia memrotes dengan merajuk kepada saya. "Kenapa nggak boeh pinjeeeem?" Sambil suku kata terakhir dipanjangkan dan diberi tekanan. Kalau sudah begini emak harus siapkan mental untuk tidak terpancing. "Bunda masih pakai untuk menulis." Sambil menahan emosi. Karena nada yang saya gunakan datar saja, dia muai berulah. Adiknya diusilin, menyobek-sobek kertas dan disebarkan bagai konfeti. Sambil masih mengomel. "Pinjeeeem...." "Bunda masih pakai untuk menulis, Kak. Bunda belajar, bunda sekolah." "Bunda, kan udah bisaaaaa," nada semakin tinggi. "Sshhh, bilangnya yang baik. Bunda ada tugas yang harus dikerjakan. Nanti kalau sudah selesai kan boleh pinjam." "Lamaaaaa." "Tunggu, kak." "Bundaaaaa," sambil menahan teriak. "Kalau kakak nggak baik, Bunda nggak mau minjemin, deh." "Buuun...lamaaa...mau ...

Mengemas Barang

Hari Minggu, kami harus sudah meninggalkan rumah untuk menyambut kedatangan kakak ipar dari tanah suci. Kami harus mengepak pakaian dan beberapa titipan saudara di kampung untuk dipaketkan melalui bus malam. Semalam sebelumnya saya berusaha membereskan rumah sebisa mungkin sampai rapi. Hari Minggu paginya saya masih harus mencuci dan membereskan sisa sahur. Ditambah memasukkan pakaian-pakaian kami sekeluarga ke dalam tas-tas tersendiri. Saya meminta kerjasama suami untuk menyiapkan pakaiannya sendiri yang akan dibawa. Anak saya yang pertama saya minta melakukan hal yang sama. Namun waktu yang sangat sempit membuat emosi saya sangat tidak stabil. Saya jadi kurang produktif dalam berkomunikasi dengan keluarga. Saya mendelegasikan beberapa pekerjaan dengan terburu-buru dan tidak satu persatu. Hasilnya, suami harus bertanya dua kali untuk mengklarifikasi ketika saya minta untuk membuang sampah. Anak pertama saya tidak segera melaksakan tugasnya untuk merapikan mainan, mandi, dan bersia...

Agenda Sebelum Mudik

Semakin mendekati jadwal mudik, kami memutuskan untuk membeli beberapa last minute gift untuk kerabat di kampung halaman. Selagi suami libur kami memutuskan untuk pergi ke pusat perbelanjaan terdekat. Di sana, kakak meminta untuk bermain permainan arcade , namun kami mengingatkan bahwa tujuan kami ke sini adalah untuk membeli oleh-oleh. Kakak menurut dan mengikuti saja kegiatan belanja kami. Menjelang berbuka, kami membeli makanan untuk takjil dan berbuka. Sembari menunggu pesanan untuk berbuka, kakak dan adik (saya temankan) naik kereta api sedangkan ayah menunggu panggilan untuk pesanan kami. Selesai bermain, kami ikut duduk bersama ayah sambil memakan takjil kami. Sepertinya semua orang melakukan hal yang sama dengan kami, menikmati takjil sebelum melanjutkan aktivitasnya yang lain. Namun, satu hal yang membuat saya prihatin adalah banyak di antara pengunjung yang menikmati takjil tidak langsung membuang kemasan bekas takjil mereka. Mereka tanpa beban meninggalkan sampah mereka d...

Kedamaian Komunikasi Berasal dari Kedamaian Pribadi

Setelah kemarin kelelahan berbenah gudang, rupanya fisik saya belum pulih 100%. Faktor "U" rasanya mulai memengaruhi saya. Sedari habis subuh badan terasa lesu, tak bertenaga dan mengantuk. Ingin rasanya bersantai tiduran sambil baca buku atau update status 😂. Tapi jangankan baca buku untuk mandi pun harus diselingi dengan drama dari si baby. Sambil menunggui di depan kamar mandi tangisnya meraung-raung 😅😅😅. Keanehan hari ini adalah, ketika si emak merasa sangat kelelahan si kakak adik ini malah lebih "hidup". Hihihi. Si kakak berlarian ke sana kemari sambil bernyayi, sedangkan si adik berjalan hilir mudik sambil meninggalkan barang berserakan di belakangnya 😔. Mandi pagi diwarnani dengan kericuhan adik yang kedinginan lalu minta gendong dan kakak yang menghabiskan shampoo adik untuk mainan. Adik yang kemudian mengompol di lantai kamar, lalu cucian kemarin yang belum sempat dijemur. Lantai bekas bongkar gudang yang masih berdebu, dan kamar yang masih belum di...

Hari yang Panjang dan Sibuk

Persiapan mudik lebaran, saya memutuskan saatnya merapikan gudang. Rak yang lama sudah reot maka kami membeli rak yang baru. Rak yang kami beli masih belum dirangkai, oleh sebab itu kami meminta bantuan tentangga yang ahli di bidangnya. Si bapak ini mulai membongkar rak lama dan merakit rak yang baru. Ternyata proses ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Butuh lebih dari setengah hari hingga rak yang baru tersusun rapi. Dan sukses membuat rumah berantakan. Rak yang terususun rapi tidak serta merta rumah langusng beres. Saya masih harus menyusun kembali barang-barang yang berserakan. Proses ini pun membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Saya mulai mengepak barang ke dalam kardus, memastikan setiap pak terisi kapur barus, dan melabeli kardusnya supaya lebih mudah dalam mencarinya nanti. Selama proses berlangsung kakak dan adik bermain dengan barang-barang gudang. Mereka asik mengacak-acak barang yang menurut mereka bisa dimainkan. Ingin rasanya saya berteriak untuk tidak memainkan...

Memberi Pilihan Berarti Menambah Kesabaran

Cerita sore kami. Sekitar pukul 16.30 saudara kami berkunjung karena kebetulan lewat membeli takjil di dekat rumah kami. Anak-anak baru bangun tidur siang dan belum mandi. Mengetahui ada tamu yang datang dengan membawa anak kecil, anak-anak langsung terlibat permainan seru. Semua mainan keluar dari rumahnya, ruangan langsung penuh dengan mainan. Kemudian sekitar pukul 17.00 saudara kami pamit pulang. Saya segera menyiapkan mandi untuk bayi, dan kakak saya minta segera mandi. Ternyata kakak menolak dengan alasan masih ingin bermain dan menonton tv. Beberapa kali saya minta untuk segera mandi masih menolak. Karena sudah mendekati waktu berbuka saya segera memberikan ultimatum kepada kakak. "Kak, ini sudah mau berbuka. Kalau mandinya nanti pas berbuka kakak belum mandi jadi bukanya terlambat. Mau mandi sekarang apa buka terlambat?" Kalimat tersebut terlihat sepele namun sangat berat mengucapkannya. Karena membutuhkan menata emosi hingga stabil agar informasi yang diberikan...

Hari Keenam

Rutinitas hari ini berjalan lancar, alhamdulillah. Semua anggota keluarga relatif kooperatif. Segalanya berjalan mulus, emak bisa beberes rumah (walaupun akhirnya penuh dengan mainan lagi, setidaknya berhasil menyapu dan mengepel). fuuuih. Saat mandi pagi terjadi sedikit kericuhan. Kakak yang tidak mau dimandikan bebarengan dengan adiknya memilih bermain dulu sebelum mandi, sedangkan si adik sudah mengantuk dan ingin segera tidur. Emak mengurus adik terlebih dahulu sambil meminta kakak untuk mandi sendiri. Deal! Kakak melanjutkan main, emak ngelonin adik. Eh, beberapa saat kemudian si kakak teriak-teriak minta dimandikan. Sudah mulai merengek, akhirnya mau mandi sendiri setelah diajak berundingr. Adik tidur dengan aman dan nyaman. Setelah mandi dan grooming si kakak mulai mengeluarkan berbagai maiananya. Bunda cukup mengingatkan bahwa dia bertanggung jawab atas mainannya, maka setelah bermain harus segera dibereskan dan dikembalikan ke tempatnya semula baru boleh mengambil mainan yan...

Memberikan Informasi Secara Singkat dan Jelas

Menginjakkan kaki di hari kelima, saya ingin mencoba menerapkan teknik Keep Information Short and Simple (KISS) kepada si sulung dalam komunikasi kami. Rasanya belumlah sempurna latihan saya untuk berfokus pada solusi di setiap interaksi kami, namun saya akan mengembangkan kemampuan saya untuk selalu mencari solusi dalam setiap masalah yang terjadi sembari mempelajari teknik lainnya, yaitu keep information short and simple (KISS). Teknik ini jelas menguji kesabaran saya. Ketika waktu untuk melakukan sesuatu tidak banyak dan dalam menjalankan kegiatan saya membutuhkan kerja sama dengan si sulung, jelas memberikan instruksi satu per satu terlihat tidak praktis. Namun hasil yang didapatkan malah akurat dan mengurangi ketegangan otot saya 😅😅. Kebiasaan si kakak saat mandi adalah berendam sambil bermain. Ritual ini jelas membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Jika saya membutuhkan bak yang dipakainya atau kami akan berangkat keluar, saya akan mulai mengomel. hehe (kebiasaan emak-emak)...

Perjalanan Hari Keempat

Hari ini kami mengantarkan kakak ayah yang berangkat menunaikan ibadah umroh ke tanah suci. Kami mengantar sampai hotel tempat transit sebelum beliau berangkat. Kakak dan adik diperbolehkan menggunakan fasilitas kolam renang di hotel. Mereka senang sekali sampai tidak memedulikan dinginnya pagi hari. Kami meminta kakak bersabar untuk menunggu sampai cuaca menjadi hangat, tetapi si kakak sudah tidak sabar. Akhirnya kami menuruti kemauannya dan mengijinkannya berenang di tengah sejuknya udara pagi. Si kakak senang sekali dan berjanji tidak akan menangis kalau kedinginan. Setengah jam berlalu kekhawatiran kami terjadi, kakak mulai menggigil kedinginan. Meski begitu ia masih ingin berenang. Baru ketika giginya gemeletuk ia mau berhenti. Kami mengajaknya membersihkan diri di luar kolam renang dan mengajaknya naik ke kamar. Ternyata dia di kamar masih ingin berenang di dalam bathtub berair hangat. Setelah puas berendam air hangat ia mandi. Masalah terjadi selepas mandi. Kakak kedinginan...

Hampir Terlupa di Hari Ketiga

Hari ini memasuki hari ketiga tantangan komunikasi produktif. Pagi-pagi setelah sahur kakak tidak mau diam. Bermain segala sesuatu di dalam kamar. Sampai deodoran saya pun dimainkan. Alhasil kamar berserakan termasuk atas kasur. Ditambah baby yang terbangun menambah semarak kamar kami. Saya ingatkan kakak untuk mengembalikan deodoran saya di atas meja karena kemasannya yang terbuat dari kaca. Tetapi diacuhkannya dan saya lupa untuk mengembalikanny sendiri. Setelah beberapa saat bermain, saya putuskan saatnya mandi. Si kakak masih belum mau mandi dan sibuk bermain ini itu. Jadilah baby mandi lebih dulu. Nah, kejadiannya ketika merawat baby sehabis mandi. Baby memainkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Ketika dia bosan dilemparkan apapun yang dipegang ke lantai. Termsuk deodoran saya. hiks. Daaan, pecahlah kemasan kacanya. Untung tidak sampai bercecer kaca maupun isinya yang membahayakan anak-anak. Jatuhnya ďeodoran ini serta merta membangitkan emosi saya. Reflek yang saya ucap...

Belajar Komunikasi Hari Kedua

Hari kedua saya memfokuskan perhatian saya pada solusi daripada masalah membuat saya lebih memiliki ruang untuk berpikir di dalam kepala saya. Saya merasa lebih bisa mengendalikan emosi saya. Hal ini rupanya memengaruhi emosi si sulung juga. Si kakak lebih kooperatif dan tidak rewel. Mungkin merasa lebih diperhatikan dan tidak menjadi pusat masalah. Ketika diminta melakukan sesuatu, saya tidak perlu mengulangi sampai berkali-kali. Tadi sore, setelah berbuka puasa dia mau makan kacang. Dia berusaha mengupas sendiri, karena belum mampu membuat sampah berserakan. Sebelum saya belajar, peristiwa semacam ini pasti membuat saya jengkel hasilnya si kakak kena semprot😀. Maafkan Bunda, ya, Kak. Hiks. Tapi tadi merupakan prestasi buat saya karena saya sama sekali tidak marah. Saya langsung mengajak kakak membersihkan sampahnya. Lalu saya ajak mengambil wadah sampah dan mengupas bersama-sama. Yaaay!!! Walaupun saya sedang menggendong baby, saya sama sekali tidak panik. Dan yang paling berh...

Komunikasi Produktif dengan Anak Pertamaku

Akhir-akhir ini saya merasa kesulitan sekali berkomunikasi dengan anak pertama saya, bahkan perintah sederhana saja bisa membuat emosi saya tidak stabil. Rasanya anak saya selalu memancing emosi saya. Saya menyadari ada yang salah dalam komunikasi kami. Saya mencoba memutar otak untuk memperbaikinya. Alhamdulillah di games pertama bunsay bertemakan komunikasi produktif. Baru saya sadari ternyata semua berawal dari saya. Maka, bismillah saya mencoba memperbaiki diri untuk berkomunikasi lebih baik. Menurut saya yang paling mendesak untuk saya perbaiki adalah fokus pada solusi, bukan masalah yang sedang terjadi. Ketika saya fokus pada masalah rasanya tindakan anak terasa menyebalkan. Padahal tindakannya itu mungkin karena dia  tidak tahu caranya. Mulai hari ini saya mencoba mencari solusi untuk setiap masalah yang terjadi. Memang tidak mudah bagi saya karena kadang saya merasa kurang sabar. Beberapa kali masih terbawa emosi, hasilnya si kakak sedih dan bukan malah bertingkah lebih...